💃 Bahasa Nias Selamat Datang
NiasUtara Sumut, Graduate Degree Program, Z Selamat Datang. Graduate Degree Program di Nias Utara Sumut, are held every semester graduate degree, bog master programs institut geo nusantara bogor bl mm. Master program can afford the monthly installments in, proceed to d3 program idr 500 000 to proceed to s1 program.
NiasUtara Sumut, Scholarship S1, S2, Diploma, Evening College (Online Lectures), Colleges, Nomor, Z Selamat Datang. Scholarship S1, S2, Diploma Evening College (Online Lectures) Colleges di Nias Utara Sumut, every day monday to 9 00 a m to 5 00 p m, with constitution 1945 that every citizen has the right to.
t89L4BM. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Waktu terasa begitu cepat berlalu, saat ini kita sedang menjalani bulan September 2019, di gereja-gereja mulai sibuk mempersiapkan perayaan Natal. Dalam waktu yang tidak lama lagi kita kembali merayakan Natal. Bagi umat Kristiani hari Natal merupakan saat istimewa yang dirayakan secara khusus, hari yang penuh keceriaan. Merayakan Natal merupakan peringatan akan penggenapan nubuat para nabi-nabi tentang lahirnya Juruselamat dunia yaitu Yesus Kristus. Di wilayah Nias, Natal dirayakan selama tiga hari berturut-turut, biasanya mulai tanggal 24-26 Desember setiap tahunnya, dan puncak perayaan itu pada malam pergantian tahun. Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada tiga hari tersebut tidak ada orang yang sibuk keluar rumah untuk bekerja. Semua orang fokus pada perayaan Natal bersama keluarga, ada yang mengunjungi keluarga, kerabat dan ada yang mengikuti perayaan Natal di gereja. Dalam masa ini setiap orang Nias mengucapkan salam kepada seseorang atau dalam forum resmi dengan kalimat "Ya'ahowu Fanunu fandru". Bagi orang dari suku Nias, Natal adalah berkat howuhowu, yang datang dari Allah bagi manusia, maka patut dirayakan dengan "Fanunu Fandru" bukan berasal dari istilah Kristen atau Alkitab. Menurut P. Johannes M. Hmmerle, OFMCap, "Istilah Fanunu Fandru pada dasarnya bukan Kristiani karena istilah ini sudah dipakai oleh penduduk pulau Nias sebelum masuk agama Kristen. 200 tahun belum ada minyak tanah di Nias. Agak gelap di rumah. Tetapi sejak dulu setiap tahun setiap marga atau rumpun si sambua mo'ama berkumpul dan mengadakan Famoni empat hari lamanya. Famoni ini tidak berarti berpuasa, sebaliknya mereka makan enak. Tetapi mereka melakukan Famoni dalam arti tidak pergi ke ladang dan tidak bekerja. Lantas apa tujuan mereka? Empat hari lamanya mereka menuturkan asal usul mereka sampai jauh malam. Böröta gotari gotara, asal usul mereka, harus ditanam dalam hati generasi muda dan harus diperingati dan dirayakan setiap tahun. Inilah syarat mutlak bagi mereka supaya tradisi lisan tidak putus. Sebelumnya minyak kelapa sudah diisi dalam lampu kecil. Dan kalau lampu kecil ini dinyalakan di malam hari, hal ini mereka menyebut Fanunu Fandru. Sebagai orang Kristen kita sekarang sudah mempunyai Böröta Gotari Gotara yang baru."[1] Jadi istilah 'Fanunu Fandru' bukan istilah Kristen tetapi istilah yang diadopsi dari kebiasaan orang Nias pada saat menceritakan silsilah keluarga atau sejarah böröta gotari gotara. Menarik untuk di kaji mengapa orang dari suku Nias menyampaikan ucapan 'Selamat Natal' dengan menggunakan kalimat "ya'ahowu fanunu wanunu[2] fandru". Secara hurufiah kalimat tersebut terdiri dari tiga kata yaitu 'ya'ahowu' berarti 'selamat'; 'fanunu' berarti 'menyalakan'; dan 'fandru' yang berarti 'lampu'. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara leterlek maka tiga kata tersebut berarti "selamat menyalakan lampu". Meskipun demikian setiap kali orang Nias menggunakan sapaan atau salam "Ya'ahowu Fanunu Fandru", sapaan itu tidak dimaksudkan "selamat menyalakan lampu" tetapi semua orang Nias paham dengan sangat bahwa yang maksudkan dengan salam itu adalah "Selamat Natal". Makna dari ungkapan selamat Natal yaitu sebuah harapan agar pada hari Natal semua kita mengalami kasih dan damai sejahtera dari Tuhan. Ungkapan atau sapaan "Ya'ahowu Fanunu Fandru" tersebut sudah menjadi kebiasaan orangtua sejak jaman dulu, turun temurun menjadi kebiasaan bagi generasi ke generasi sampai saat ini. Bagi kita anak-anak orang Nias yang hidup di era milenial, yang mungkin tidak pernah melihat lampu minyak kelapa lagi, lampu teplok dan petromaks, tentu akan bertanya, apakah hubungan antara "menyalakan lampu" dengan Natal kelahiran Yesus Kristus? Sebagai seorang putera Nias, saya membahas topik ini secara khusus agar makna Natal yang diterima langsung dan dipahami oleh nenek moyang orang Nias dari para Zending, dapat dimengerti oleh generasi di era modern ini. Generasi milenial tidak dapat memahami konteks masyarakat Nias pada awal Injil masuk wilayah itu, karena situasi Nias kini telah jauh berbeda. Melalui tulisan ini, saya mengharapkan bisa menjembatani suatu gap yang terjadi akibat rentangan waktu, dan kemajuan atau perkembangan dibidang teknologi, pengetahuan, spiritualitas dan sosial budaya, antara generasi terdahulu dengan generasi milenial. Tulisan ini sekaligus mengusulkan istilah yang tepat untuk digunakan berhubungan dengan sapaan atau salam dalam konteks perayaan natal tanpa mengubah makna mula Perayaan Natal di pulau Nias seiring datangnya para missionaris dari Eropa. Kebiasaan merayakan Natal di Pulau Nias telah dimulai sejak masuknya para missionaris dari Jerman dan Injil diterima oleh penduduk setempat. Th. Van Den End dalam Ragi Carita 2001, menjelaskan bahwa "Injil masuk ke Nias melalui Misi Protestan pada tahun 1865 oleh penginjil Jerman, E. Ludwig Denninger dari Rheinische Missionsgesellschaft RMG pada tanggal 27 September 1865. Penerjemahan Alkitab dalam bahasa daerah Nias, seperti yang masih dipakai sekarang dilakukan oleh penginjil H. Sundermann, dengan bantuan Ama Mandranga dan beberapa orang Nias lainnya Injil Lukas, 1874; PB, 1891." Kemungkinan besar penerjemahan Alkitab versi bahasa Nias merupakan transmisi dari Alkitab berbahasa Jerman. Dari berita Injil yang diterima oleh penduduk setempat, penduduk Nias mendapat pemahaman mengenai kelahiran Sang Juruselamat dunia. Sebagaimana misi Yesus Kristus membawa keselamatan bagi dunia, hal itu merupakan kabar baik yang perlu disambut dengan sukacita. Manusia yang masih berada dalam kegelapan karena terikat oleh dosa, melalui Sang Juruselamat, Yesus Kristus memperoleh kelepasan. Bisa dikatakan bahwa perayaan Natal di daerah pulau Nias merupakan adopsi langsung dari kebiasaan perayaan natal ala yang yang diungkapkan oleh Johanes bahwa istilah "fanunu fandru" bukan istilah Kristen, memang tepat dan juga praktek menyalakan lampu fanunu fandru dengan bahan bakar minyak kelapa memang sudah kebiasaan masyarakat di pulau Nias sejak dahulu. Bagaimanapun juga, masyarakat Nias setiap malam harus menyalakan lampu di rumah masing-masing sebagai alat penerang, meski bukan acara khusus. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa adanya peralihan inti dari kebiasaan orang Nias menceritakan silsilah keturunan böröta gotari gotara, dan diganti dengan pembacaan silsilah kelahiran Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas pada masa perayaan Natal. Alasan lain yang umumnya sering kita dengar jika membahas topik ini yaitu istilah "fanunu fandru" muncul karena adanya penyalaan lilin dalam setiap perayaan Natal, sebagai puncak acara dalam perayaan tersebut. Memang benar bahwa setiap perayaan Natal selalu disertai dengan penyalaan lilin Natal sebagai simbol terang yang hadir di tengah kegelapan. Hal ini menyerupai tindakan Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus, untuk menerangi manusia yang berada dalam kegelapan. Namun kedua alasan tersebut bisa dikatakan sebagai asumsi yang dihubungkan dengan peristiwa Natal, karena istilah "fanunu fandru" tidak ada kaitannya dengan kelahiran fa'atumbu Yesus "Ya'ahowu Fanunu Fandru" untuk menyatakan "Selamat Natal", sebenarnya berkaitan langsung dengan perkembangan teknologi dan ekonomi. Pada saat ini pulau Nias merupakan salah satu daerah yang masih berada dalam kategori terbelakang atau tertinggal dalam hal kemajuan dalam berbagai aspek, jika dibandikan dengan wilayah lain di Indonesia . Bila situasi sekarang kita bandingkan dengan tahun 1865, waktu kedatangan para misionaris Jerman, tentu jauh lebih terbelakang lagi. Ketika mendengar kisah kehidupan orangtua dulu dari ayahnda D. Hulu / Ama Meli Hulu, yang pada saat ini sudah berumur 78 tahun, saya baru mengerti mengapa ungkapan "ya'ahowu fanunu fandru" dihubungkan dengan perayaan Natal. Sekitar 70-an tahun lalu, pada masa penjajahan Belanda dan selanjutnya oleh Jepang, pada malam hari rumah-rumah orang Nias gelap gulita. Bila ada lampu yang menyala di suatu rumah itu pasti lampu berbahan bakar minyak kelapa, sebab pada masa itu belum tersedia minyak tanah di daerah pulau Nias. Pada perkembangan setelah itu, orang Nias mengenal lampu teplok yang pakai cerobong kaca dengan bahan bakar minyak tanah. Selanjutnya masyarakat Nias mulai mengenal lampu petromaks. Di masa itu pun lampu petromaks hanya dimiliki oleh orang tertentu saja dan jarang dinyalakan karena bahan bakar minyak tanah yang sangat terbatas. Pada setiap hari perayaan Natal, biasanya bagi keluarga yang memiliki lampu petromaks di rumahnya, masing-masing membawanya ke gereja. Sehingga pada malam perayaan itu rumah ibadah gereja terang benerang, karena banyaknya lampu petromaks yang lampu petromaks merupakan pengalaman istimewa di tahun 1900-an, sebab merupakan peristiwa sekali dalam setahun, dan hanya dinyalakan pada saat perayaan Natal saja di gereja. Sampai pada waktu saya masih remaja, anak-anak sebaya saya dulu berbondong-bondong ke gereja pada saat perayaan di malam Natal untuk melihat dan bermain di bawah cahaya terang lampu petromaks. Dalam Kamus Li Niha, Apolonius Lase menjelaskan bahwa "Istilah Fanunu Fandru berkaitan erat dengan kebiasaan orang Nias sejak dahulu hingga sekarang bahwa pada saat Natal tersebut lampu - biasanya lampu petromaks dinyalakan hingga larut malam".[3] Pengalaman yang hanya bisa terjadi sekali setahun itu, merupakan hal yang unik dan istimewa pada masa itu. Perayaan Natal seolah identik dengan penyalaan lampu. Lampu petromaks yang menyala terang mirip cahaya lampu listrik, menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk berbondong-bondong, bersukacita merayakan Natal di bawah terangnya cahaya lampu petromaks. Dalam perayaan Natal ada dua benda sumber cahaya yang dinyalakan yaitu lampu petromaks dan lilin natal. Dua barang itu merupakan barang baru dan istimewa yang baru dikenal dan langka jaman itu khususnya di wilayah pulau generasi milenial yang telah mengalami kemajuan teknologi modern dengan menggunakan lampu listrik sebagai alat penerang, dua macam benda petromaks dan lilin merupakan benda biasa yang tidak terlalu penting. Tetapi pada jaman dulu meskipun lampu petromaks dan lilin tidak dianggap sebagai benda yang sakral namun dua benda itu merupakan simbol terang yang disambut pada perayaan Natal. Pada dasarnya semua orang menyukai terang, karena terang dapat menerangi kegelapan, kehadiran terang melenyapkan kegelapan. Demikian juga kelahiran Yesus Kristus sebagai terang dunia, yang melenyapkan kegelapan bagi manusia. Seperti dicatat dalam Injil Yohanes 812, Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Kelahiran Yesus Kristus disambut dengan sukacita karena mendatangkan kebahagiaan bagi orang yang percaya. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Jakarta - Desember menjadi bulan yang spesial buat umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Umat Kristiani menyambut kemeriahan dan sukacita Natal dan Tahun Baru dengan antusias. Hari Natal juga menjadi momen tahunan yang dinantikan masyarakat tiap 25 Desember. Berbagai persiapan pun telah dilakukan untuk menyambut Natal esok hari. Namun, tak lengkap rasanya jika tak mempersiapkan ucapan Natal untuk diberikan untuk orang terkasih. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih merebak, tentu banyak dari Anda yang tak berkesempatan bertemu semua kerabat dan teman yang merayakan Natal secara langsung. Untuk itu, Anda bisa mengirimkan ucapan selamat Natal melalui pesan singkat. Berikut kumpulan ucapan Natal dari berbagai daerah di Indonesia. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang Jawa- Sugeng manghayubagyo Miyosan Hyang Dalem Gusti Yesus, Sugeng Natal lan warsa enggal. - Sugeng wiyosan dalem sang Kristus tuwin warsa enggal. Mugi berkah dalem Gusti tansah lumeber dumateng panjenengan sakeluarganipun. - Para sederek ingkang kinasih ing Gusti Yesus, kulo ngaturaken Sugeng Natal. Mugi tansah binerkahan Gusti. - Kula haturaken slamet dinten Natal. Bahasa AmbonSalamat Natal voor tamang-tamang dan basudara samua. Semoga Damai Natal Tuhan Yesus memberkati katong samua. Bahasa Batak TobaHoras Selamat Natal ma di hita sasude na. dame natal ma dihita saluhutna. Bahasa BanjarSalamat natal gasan kita berataan ... smg kasih wan damai kristus kawa kita rasa akan wan kita bagi akan gasan berataan insan di bumi Minahasa- Selamat ne bacara hari natal Tuhan so lahir. - Selamat Natal untuk torang samua semoga torang samua sehat-sehat, baku-baku sayang, baku-baku bae, lantaran torang samua basudara di dalam Tuhan. Bahasa FloresTabe Natal agu ntaung weru. Bahasa NiasYa'ahowu wanunu wandru Yesus notombu sangoholi soi TorajaSalama' allo kadadianna puangta puang yesusBahasa Dayak NgajuSalamat Pesta Alem Barasih, Tuhan Yesus Mamberkat Itah Sining Desember merupakan momen yang membahagiakan bagi umat Kristiani karena hadirnya Hari Natal memperingati lahirnya Yesus Kristus. Berikut adalah deretan ucapan selamat Natal yang bisa diberikan kepada saudara atau teman yang merayakan.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
A. Ejaan Sampai saat ini belum ada ejaan khusus untuk Bahasa Nias. Ejaan yang dipergunakan dalam Kamus ini secara umum mengikuti ejaan Bahasa Indonesia saat ini, yaitu yang diatur dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan Pusat Pengembangan Bahasa, 1980. Ada beberapa aturan khusus yang tidak dicakup dalam ejaan Bahasa Indonesia, yaitu yang menyangkut beberapa huruf dengan bunyi khusus yang hanya ditemukan dalam bahasa Nias. õ, ô, atau ö memiliki bunyi seperti bunyi “e” dalam keras, gelas, lemas. Karakter õ, ô, dan ö dapat dihasilkan di layar komputer dengan menekan dan menaha tombol Alt lantai berturut-turut menekan tombol-tombol 2, 4, dan 4 untuk ô, 2, 4, 5 untuk õ an 2, 4, 6 untuk ö di keypad di sebelah kanan kibor komputer. Contoh-contoh hôgô kepala, hõrõ mata, töwö cukur. Lihat juga artikel Karakter ö dalam Li Niha. Beberapa marga Nias memiliki karakter ini Amazihönö, Bu’ulölö, Gulö. e memiliki bunyi seperti dalam kata sepak, enak. Contoh tema terima, deha cabut, eha batuk. w memiliki dua bunyi dalam Li Niha 1 seperti W dalam bahasa Indonesia bahwa, hawa, kawan – contoh bawa bulan, walu delapan 2 bunyi w khas Nias seperti dalam kata wurawura, waruwaru, werewere. Bunyi w dalam contoh-contoh ini dihasilkan dengan meniupkan udara di antara bibir atas dan bawah yang dipersempit jaraknya. Bunyi w macam ini kurang lebih seperti w dalam kata “Wulan” atau “woman” bahasa Inggris. Dalam kamus ini diadopsi pemakian karakter w dan w seperti diusulkan dalam artikel Karakter “W-w” dan “Ŵ-ŵ” Dalam Li Niha. Jadi kata-kata yang berbunyi khas Nias itu ditulis ŵuraŵura, ŵaruŵaru, ŵoyoŵoyo, ŵöröŵörö. Sementara yang bunyinya sama seperti dalam bahasa Indonesia ditulis dengan menggunakan w, bawa bulan, yawa di atas, dst. Dalam Li Niha, huruf d yang muncul misalnya dalam kata dela titi, deha cabut, dölö terus diucapkan agak berbeda dengan pengucapan d dalam bahasa Indonesia. Orang-orang yang berasal dari Nias Utara, Nias Barat dan sebagian Nias Tengah mengucapkan d berbeda dengan orang-orang Nias yang berasal dari Nias Tengah Lahusa, Lölöwa’u, Lölöfitu Moi, dan sebagainya. Lihat artikel Bunyi Huruf ”D” dalam Li Niha. B. Jenis-jenis Kata Hampir seluruh entri dalam Kamus ini digolongkan dalam salah satu dari jenis-jenis kata berikut kata benda kb – talö talas, tufo tikar kata kerja kk – me’e menangis, mörö tidur kata kerja imperatif kki – yaitu kata kerja untuk menyuruh melakukan sesuatu bokai buka, taba potong, förö tidur, dst. kata sifat ks – ataha mentah, afusi putih C. Struktur Kalimat Bahasa Nias Li Niha memiliki struktur kalimat yang berbeda dari struktur kalimat Bahasa Indonesia. Silahkan baca artikel Struktur Kalimat Bahasa Nias 1 dan Struktur Kalimat Bahasa Nias 2. D. Mutasi Awal dalam Li Niha Dalam Li Niha berbagai jenis kata yang muncul dalam kalimat pada umumnya mengalami perubahan pada huruf awalnya, yang dalam ilmu bahasa disebut mutasi awal initial mutation, lih. Wawancara dengan Dr. Lea Brown. Sebagai contoh, dalam kata “Hadia duria ?” Apa kabar?, kata “duria” telah mengalami perubahan huruf awalnya; kata “duria” di sini berasal dari kata dasar “turia” yang berarti berita atau kabar. Contoh-contoh lain adalah ama ayah -> nama; ina ibu -> nina; balugu pengetua adat -> mbalugu; tuhe -> duhe; sato publik, orang banyak -> zato; So’aya Tuhan -> Zo’aya. Beberapa aturan yang terkait dengan mutasi awal diberikan dalam artikel Turia Si Tobali Duria. E. Pengucapan / bunyi huruf Kata-kata Bahasa Nias tidak mengenal konsonan huruf mati sebagai penutup kata; dengan kata lain, kata-kata li niha diakhiri oleh salah satu dari vokal huruf hidup berikut a, e, i, o, ö, u. Contoh töla tulang, lahe jejak, ngöfi tepi, moyo elang, balö ujung, fandru lampu. Beradasarkan itu, huruf-huruf yang menyusun abjad dalam Bahasa Nias diucapkan sebagai berikut a – a b – be c – ce d – de Lihat artikel Bunyi Huruf ”D” dalam Li Niha. e – e f – fe g – ge h – h i – i j – je k – ke l – le m – me n – ne o – o p – pe q – kiu r – re s – se t – te u – u v – fe w – we x – ekese y – ye z – ze F. Pelambangan Bunyi Khas Li Niha Ada beberapa bunyi khas Li Niha yang tidak terdapat dalam kata-kata bahasa Indonesia. mb – ndr … G. Akronim Am. – Amaedola peribahasa i – kata kerja perintah imperatif kb – kata benda ks – kata sifat ajektif lih. – lihat Sin. – sinonim
bahasa nias selamat datang