🌨️ Potensi Pemuda Sebagai Modal Dasar Pembangunan Bangsa
Pemuda Potensi Besar Kemajuan Bangsa. Editor. sista. -. October 28, 2016. 0. 2972. Jakarta - 28 Oktober 2016, seluruh Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hari di mana Bangsa Indonesia, melalui Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928, di Batavia, berhasil merumuskan keputusan yang menegaskan cita-cita bangsa.
Pemudapada masa itu menjadi ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara menuju kemerdekaannya. Semangat ini yang perlu kita teladani dan jadikan sebagal inspirasi bagi kita. Pada masa itu, pemuda Indonesia tetap bersemangat untuk bisa memberikan kontribusi bagi tercapainya kemerdekaan walaupun tanpa dibekali modal harta kekayaan, bahkan
Kedua kelangsungan sejarah dan budaya bangsa, corak dan warna masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh arah persiapan atau pembinaan dan pengembangan generasi muda pada saat ini. Ketiga, terjaminnnya proses kesinambungan nilai-nilai dasar Negara. Yaitu dipandang dari sudut semangat kepemudaan yakni sumpah pemuda 1928, proklamasi
Pemudamerupakan generasi yang mempunyai harapan untuk membangun negeri ini, namun dilain sisi banyak sekali masalah-masalah yang menghadang, apabila tidak ditanggapi dengan serius maka mengakibatkan kehilangan fungsi sebagai generasi penerus bangsa. Pemuda memiliki banyak potensi untuk membangun negeri ini, antara lain : Dinamika dan Kreatifitas.
Pemudapada masa itu menjadi ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara meuju kemerdekaannya. Semangat ini yang perlu kita teladani dan jadikan sebagai inspirasi bagi kita. Pada masa itu, pemuda Indonesia tetap bersemangat untuk bisa memberikan kontribusi bagi tercapainya kemerdekaan walaupun tanpa dibekali modal harta kekayaan, bahkan
p>Apabila kita melihat sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, di mana saat itu kondisi pemuda Indonesia dalam tekanan yang sangat besar namun dengan penuh semangat memberikan apa yang bisa diberikan, melaksanakan apa yang bisa dilaksanakan. Pemuda pada masa itu menjadi ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara meuju kemerdekaannya. Semangat ini yang perlu kita teladani dan jadikan
Semangatyang tinggi ini sangat penting dan berarti bagi pembangunan bangsa di era milenial. 5. Tangguh. Anak-anak muda punya mental baja, pantang menyerah dengan berbagai halangan dan rintangan yang ada. Mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi dan gemar mencoba-coba untuk menemukan hal baru. Potensi Pemuda Sebagai Modal Dasar Pembangunan Bangsa
Selamatdatang di Website Resmi Bagian Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Buleleng
MemperingatiHari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (PSH FH UII) menyelenggarakan Talkhsow bertemakan "Peran Pemuda untuk Pembangunan Bangsa", pada Kamis, (28/10). Kegiatan ini digelar secara virtual melalui Zoom meeting online, yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal youtube
ISbmuQ. Pemuda menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan dari usia 16 sampai 30 tahun. Pemuda yang berjiwa intelektual, kritis, dan berkarakterlah yang memiliki potensi untuk membangun Indonesia dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045. Dalam cita-cita Indonesia emas 2045, ada dua faktor yang menghalangi peran pemuda untuk aktif dalam mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Dua faktor itu adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal pemuda adalah faktor yang berasal dari diri pemuda itu sendiri. Faktor itu biasanya dicirikan dengan adanya rasa kurang percaya diri, kurangnya pengetahuan akan bakat dan minat dalam diri sendiri, serta kurangnya motivasi dari orang-orang yang terdekat khususnya orang tua. Faktor eksternal pemuda dipengaruhi oleh pergaulan-pergaulan bebas yang akan memicu terjadinya kenakalan remaja, perkembangan teknologi yang semakin masif, dan adanya dekadensi moral sebagai akibat dari globalisasi. Faktor internal dan faktor eksternal tersebut seakan menjadi tembok penghalang bagi pemuda untuk dapat menjadi agent of change, social control, dan iron stock bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam menghadapi faktor internal dan faktor eksternal yang dihadapi para pemuda, maka perlu suatu gagasan tentang pemuda idaman Indonesia di masa depan untuk menyongsong dan mampu mengoptimalkan kesempatan Indonesia Emas tahun 2045 di mana ide saya tentang pemuda saya beri nama Pemuda Transformatif. Mengapa Indonesia membutuhkan pemuda transformatif ? Hal itu karena kelemahan mencolok dari pemuda adalah kontrol diri yang lemah dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah kemauan dan keberanian dalam menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Ketika kelemahan itu dibiarkan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan yang dapat dikhawatirkan merubah eksistensi pemuda menjadi lebih buruk. Dengan adanya idealisme pemuda transformatif ini maka diharapkan kelemahan atau kesenjangan tadi dapat diatasi. Menurut penulis, pemuda transformatif adalah pemuda yang memiliki kriteria yaitu Character, Culture, dan Intellectual untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pemuda Transformatif untuk Mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045* Oleh Dicky Eko Prasetio* “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diterima sama sekali” Tan Malaka-Pahlawan Kemerdekaan Indonesia Pendahuluan Pemuda menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan dari usia 16 sampai 30 tahun. Pemuda yang berjiwa intelektual, kritis, dan berkarakterlah yang memiliki potensi untuk membangun Indonesia dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045. Dalam cita-cita Indonesia emas 2045, ada dua faktor yang menghalangi peran pemuda untuk aktif dalam mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Dua faktor itu adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal pemuda adalah faktor yang berasal dari diri pemuda itu sendiri. Faktor itu biasanya dicirikan dengan adanya rasa kurang percaya diri, kurangnya pengetahuan akan bakat dan minat dalam diri sendiri, serta kurangnya motivasi dari orang-orang yang terdekat khususnya orang tua. Faktor eksternal pemuda dipengaruhi oleh pergaulan-pergaulan bebas yang akan memicu terjadinya kenakalan remaja, perkembangan teknologi yang semakin masif, dan adanya dekadensi moral sebagai akibat dari globalisasi. Faktor internal dan faktor eksternal tersebut seakan menjadi tembok penghalang bagi pemuda untuk dapat menjadi agent of change, social control, dan iron stock bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam menghadapi faktor internal dan faktor eksternal yang dihadapi para pemuda, maka perlu suatu gagasan tentang pemuda idaman Indonesia di masa depan untuk menyongsong dan mampu mengoptimalkan kesempatan Indonesia Emas tahun 2045 di mana ide saya tentang pemuda saya beri nama Pemuda Transformatif. Mengapa Indonesia membutuhkan pemuda transformatif ? Hal itu karena kelemahan mencolok dari pemuda adalah kontrol diri yang lemah dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah kemauan dan keberanian dalam menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Ketika kelemahan itu dibiarkan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan yang dapat dikhawatirkan merubah eksistensi pemuda menjadi lebih buruk. Dengan adanya idealisme pemuda transformatif ini maka diharapkan kelemahan atau kesenjangan tadi dapat diatasi. Menurut penulis, pemuda transformatif adalah pemuda yang memiliki kriteria yaitu Character, Culture, dan Intellectual untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Aspek character menekankan bahwa pemuda harus memiliki kesadaran dan kepekaan sosial yang tinggi, selain itu aspek character juga menekankan bahwa pemuda harus memiliki etika dan sopan santun sesuai dengan adab ketimuran bangsa Indonesia. Aspek culture menekankan bahwa pemuda Indonesia harus memiliki kesadaran untuk mencintai budaya dan kearifan lokal di daerahnya, karena selain menunjukkan eksistensi suatu daerah kebudayaan juga memiliki nilai-nilai filosofis yang sangat baik untuk diterapkan di zaman milenial ini di mana saat ini nilai-nilai filosofis tentang budaya mulai dilupakan oleh pemuda Indonesia. Aspek intellectual menekankan adanya kecerdasan dari setiap pemuda Indonesia sesuai bidang keahlian dan keilmuan masing-masing untuk dapat mengaplikasikan ilmunya demi kepentingan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemuda transformatif merupakan solusi dan konsep pemuda idaman untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Tentunya, proses untuk membentuk pemuda transformatif tidaklah instan dan memerlukan proses yang cukup panjang di mana proses tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan. Untuk menutup pendahuluan kali ini, penulis menegaskan bahwa pemuda transformatif tidak akan pernah terwujud tanpa adanya pendidikan. Pemuda dan Pendidikan Menurut teori utilitarianisme yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham, bahwa tujuan perbuatan manusia adalah memaksimalkan kegunaan atau manfaat dirinya kepada orang lain dan sekurang-kurangnya menghindari kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang telah dilakukan, baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Salah satu upaya yang harus dimiliki oleh pemuda Indonesia untuk memberikan manfaat kepada orang lain adalah mengoptimalkan fungsi dan peran pendidikan. Perlu diketahui bahwa data ketenagakerjaan di Indonesia tahun 2016 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik BPS, jumlah lulusan SD dan SD ke bawah mencapai 43,37%, lulusan SMP mencapai 38,57%, dan lulusan SMA/SMK sebesar 25,09% dari jumlah total angkatan kerja yang mencapai 127,67 juta orang. Berangkat dari situlah, penulis merasa bahwa esensi dari sebuah pendidikan di Indonesia masih belum berjalan dengan baik. Manusia hanya merasa bahwa sisi pendidikan di sini hanya sebagai “angin yang lewat begitu saja”, sehingga tidak ada rasa atau niatan yang mana akan memunculkan sebuah usaha dari manusia itu sendiri untuk mencari ilmu pengetahuan yang lebih. Penulis sebagai pemuda Indonesia berpendapat bahwa pemuda dan pendidikan layaknya dua koin mata uang yang saling melengkapi. Menurut bahwa tujuan pendidikan adalah sosial futuristik, maksudnya pendidikan dijadikan sebagai sarana untuk menggerakkan para pemuda supaya peka dan dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat serta pada tujuan akhirnya pendidikan sebagai sarana humaniorisasi yang akan berpengaruh pada tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goal’s/SDG’s. Salah satu pilar dari tujuan pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan. Hal ini dapat dimengerti bahwa pada hakikatnya pendidikan dapat mengarahkan pemuda dari pandangan konservatif menuju pandangan progresif yang pada muaranya menjadikan pemuda tersebut berjiwa aspiratif. Dari segi teknis, perubahan-perubahan sistem dan kurikulum pendidikan juga dapat menunjang efektivitas dalam pembelajaran. Namun, seluruh hal-hal tersebut akan sia-sia apabila sistem dan kurikulum pendidikan yang ada justru “mengekang” pemuda untuk berekspresi serta mengurung pemuda dalam “jeruji akademisi”. Oleh karenanya, pemuda transformatif yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang sesuai menjadi solusi untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 serta menjadi pemuda milenial yang peduli dan solutif dengan permasalahan-permasalahan sosial. Pemuda harus memiliki ambisi, yaitu ambisi yang mengarah kepada kebaikan. Jika tidak ada ambisi, maka tidak ada dinamika kehidupan, dan tidak adanya pula perubahan-perubahan ke depan. Sehingga dikhawatirkan jika tidak ada ambisi maka pemuda-pemuda Indonesia akan mengalami degradasi dari segala aspek, termasuk pemikiran serta tanggung jawab. Salah satu ambisi yang baik adalah menjadi pemuda yang berintelektual, berkaraker, dan berbudaya. Berkarakter Berkarakter ialah suatu sikap yang mengedepankan watak, akhlak, dan budi pekerti. Seorang pemuda harus memiliki jiwa yang berkarakter supaya dapat menjadi contoh bagi masyarakat di lingkungannya. Karena karakter yang kuat yang terdapat dalam jiwa seorang pemuda dapat menjadi tolok ukur majunya suatu bangsa karena kemajuan suatu bangsa ditentukan sepenuhnya oleh tangan-tangan pemudanya. Hal ini seperti yang diungkapkan presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno bahwa “Beri aku seribu orang tua niscaya akan ku cabut gunung Semeru sampai ke akarnya dan berilah aku sepuluh orang pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ungkapan tersebut bermakna bahwa sedikit pemuda tapi mempunyai karakter yang kuat serta berintegritas akan dapat memberikan solusi terkait dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa kedepannya. Berbudaya Memahami dan mengerti budaya daerah sendiri merupakan modal untuk menjadi pemuda transformatif. Terlebih, di era milenial ini nilai-nilai filosofis dari budaya mulai dilupakan oleh para pemuda sehingga dapat menimbulkan suatu peristiwa yang kita sebut sebagai regresitas budaya. Regresitas budaya merupakan suatu tindakan pemuda yang sudah jauh akan nilai-nilai moralitas sehingga pemuda cenderung melakukan tindakan-tindakan penyimpangan sosial. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan Goals ke-16 bahwa salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah peace, justice, and strong institutions. Perlunya pembangunan budaya jelas sangat berkaitan dengan upayanya untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan serta meningkatkan sikap saling menghargai untuk mencegah sikap fanatisme buta terhadap budaya yaitu etnosentrisme. Berintelektual Berintelektual adalah suatu kegiatan yang mengedepankan sebuah pemikiran berdasarkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Untuk kemudian dapat diaplikasikan di dalam masyarakat. Kata intelektual secara umum berarti cerdas, sehingga berintelektual merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengasah kecerdasan manusia. Salah satu yang dapat mengembangkan jiwa intelektualitas dari pemuda adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi yang dalam hal ini khususnya komunikasi lisan sangatlah berpengaruh terhadap daya intelektualitas suatu individu, setiap objek atau hal yang menjadi bahan pembicaraan dan disertakan dengan kualitas isi yang baik dalam pembicaraan akan menunjukkan seberapa cerdas pemikiran seseorang. Pemuda Transformatif sebagai Solusi Alternatif Sebagai solusi alternatif, pemuda transformatif merupakan suatu gagasan dan solusi dalam menghadapi era milenial dan globalisasi. Output yang diharapkan dari pemuda transformatif adalah Indonesia Emas pada tahun 2045. Namun, sebelum menginjak pada solusi maka perlu diketahui terlebih dahulu momentum-momentum yang dihadapi pemuda masa kini yaitu pertama, memasuki era globalisasi dan digitalisasi dan semakin urgen peran dari media membuat pemuda harus berpikir dan bertindak positif dalam menyikapi semakin “liarnya” pergerakan dari media. Perlunya pemanfaatan dari media khususnya media sosial sudah sepatutnya mejadi orientasi di masa milenial supaya pemuda dapat mengaktualisasikan nilai-nilai positif yang linier dengan perkembangan zaman. Kedua, adanya bonus demografi di tahun 2030 sekaligus menjadi harapan dan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mengoptimalkannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak usia pemuda yang produktif maka sudah semestinya semakin memperbesar harapan untuk terwujudnya Indonesia Emas tahun 2045, akan tetaapi jika usia produktif tersebut tidak dapat diberdayakan maka hanya akan menjadi bencana bagi bangsa Indonesia. Ketiga, semakin berkurangnya rasa kebangsaan dari para pemuda di era milenial ini menjadi ancaman serius bagi kedaulatan dan keutuhan bangsa. Hal ini dikarenakan ancaman dari dalam diri pribadi pemuda ini lebih berbahaya dari pada sekadar bahaya invasi dari negara lain, karena jika pemuda suatu bangsa lupa akan jati diri bangsanya maka hanya tinggal sejengkal lagi untuk mengetahui bahwa bangsanya akan hancur. Oleh karena itu, solusi yang saya tawarkan supaya dapat mencetak pemuda transformatif adalah 1. Pendidikan yang mengoptimalkan softskill dan hardskill. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan tidak hanya berorientasi materi atau akademis saja. Namun, bagaimana seorang insan pendidikan khususnya pemuda supaya mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya dalam menghadapi problematika di masyarakat. 2. Pemahaman yang lebih akan budaya. Pemahaman terhadap budaya menjadi sangat penting bagi pemuda transformatif. Budaya dalam hal ini dimaknai sebagai sarana dalam menjalani dan melaksanakan pola kehidupan di masyarakat. Sehingga, esensi dari budaya di sini adalah sebagai sarana pembagunan masyarakat culture as a development society dan bukan sebagai sarana untuk melanggengkan sikap fanatisme buta seperti etnosentrisme. 3. Perlunya pemahaman yang lebih tentang ideologi pancasila. Hal ini supaya pemuda transformatif memiliki sikap kritis, aspiratif, dan solutif juga tahu dan paham akan cara-cara bersikap dan bertindak yang baik sesuai ideologi kita yaitu pancasila. Pemahaman ideologi pancasila juga bisa diterapkan dengan mengoptimalkan program revolusi mental yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nation and character building di masyarakat. Penutup Pemuda transformatif sejatinya merupakan ide, konsepsi, serta gagasan untuk membentuk mentalitas pemuda menjadi lebih baik yang diharapkan dapat menjadi garda terdepan untuk menuju Indonesia Emas 2045. Pemuda transformatif merupakan perpaduan dari tigas aspek yaitu pemuda yang berkarakter character, pemuda yang berbudaya culture, dan pemuda yang berintelektual intellectual. Dalam hal ini, langkah-langkah untuk membentuk pemuda transformatif yaitu Pendidikan yang mengoptimalkan softskill dan hardskill, Pemahaman yang lebih akan budaya, dan Perlunya pemahaman yang lebih tentang ideologi pancasila. Harapannya, langkah-langkah di atas dapat menjadikan pemuda Indonesia menjadi pemuda transformatif yang akan membawa Indonesia pada masa jayanya di tahun 2045 nanti. Jadi, siapkah anda menjadi pemuda transformatif mulai dari sekarang?? *Essai ini pernah diikutkan lomba oleh penulis sebagai persyaratan dalam mengikuti lomba debat mahasiswa tingkat nasional di Universitas Negeri Makasar dengan tema “Konsepsi dan Gagasan Pendidikan untuk Indonesia Emas 2045” pada 28 Maret sampai 1 April 2018 dengan predikat juara 3. *Penulis adalah alumni SMKN Ngasem tahun 2017. Saat ini sedang menempuh pendidikan di S1 Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara Universitas Negeri Surabaya. Saat ini aktif di organisasi Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro Universitas Negeri Surabaya FKMB UNESA, Anggota Komunitas Peradilan Semu Last Court, State University of Surabaya Debate, Research, and Law society SEALS UNESA. Youth is an agent of change for a region, but if youth are affected by the environment and technology, then youth will not be able to make a good contribution to the region, therefore in order for youth to be more productive, it is necessary to be guided, nurtured and directed. As happened to the youth in RW 14 Kampung Babakan CIkeruh, Cimekar Village, Cileunyi Bandung, where most of the youth have been influenced by gadgets and wrong associations. Shifting the role of youth from being productive, there needs to be intensive assistance and empowerment, so that they are able to contribute to their region. In order to be able to assist and empower youth, it is necessary to use a participatory method for youth through youth organizations. The participatory method used is a participatory action study, this method is a research method that uses action/experience steps, reflection, integration, and planning. The use of the participatory study-action method aims to build awareness of youth youth groups in road construction, and through mentoring and empowering youth youth organizations it is hoped that they will be able to realize the wishes of the residents, namely the realization of good and decent roads. proposals for road construction/remediation activities with a length of 50 m and a width of 3 m which are integrated with infiltration wells that function as artificial recharge for dug wells to become a source of clean water for residents around the road. funds for the implementation of its development by exploring the potential around the RW 14 area. By utilizing the existing potential, both the potential of natural resources and the potential of human resources, the road is realized. After the implementation of the work, the youth were directed to compile an accountability report as proof of transparency with the citizens. The results of the mentoring and empowerment of RW 14 youth organizations in general gave a significant change for RW 14 youth youth organizations who initially only played gadgets to become youths who were able to make a real contribution to their area, namely being able to realize the dreams of the community by implementing road construction with concrete has not been able to resolve any references for this publication.
Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, definisi pemuda adalah "Warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 enam belas sampai 30 tiga puluh tahun". Jadi, Warga Negara Indonesia yang dikategorikan sebagai pemuda adalah warga negara yang berusia antara 16-30 tahun. Mereka yang digolongkan sebagai pemuda adalah tenaga yang produktif. Tenaga produktif inilah yang berperan sebagai "mesin" penggerak lajunya roda pembangunan bangsa dan negara. Tenaga produktif inilah yang mempunyai potensi energi yang sangat besar untuk menciptakan sesuatu yang baru dan mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Apalah artinya sumber daya alam atau kekayaan negara yang berlimpah-limpah apabila di kemudian hari tidak ada generasi penerus yang dapat mengelolanya. Semakin banyak pemuda berkarya sejak dini, semakin baik. Pantang juang
potensi pemuda sebagai modal dasar pembangunan bangsa